
Catatan Positif Impor DKI Jakarta Jelang Tutup Tahun
Meski alami pertumbuhan positif pada November 2022 lalu, impor DKI Jakarta secara keseluruhan masih stagnan setidaknya pada satu tahun terakhir
Pada 2022 lalu, Indonesia baru saja menjadi tuan rumah dari Konferensi Tingkat Tinggi Group of Twenty (KTT G20). G20 sendiri berisikan negara-negara dengan ekonomi terbesar yang terdiri dari negara maju maupun berkembang, yang jika dikalkulasikan, mencapai hingga sekitar 80% dari total PDB dunia[1]. Indonesia, sebagai salah satu anggota organisasi tersebut, tentu saja berperan penting bagi perdagangan dunia.
Berbicara mengenai perdagangan dunia, tentunya tidak lepas dari ekspor dan impor. DKI Jakarta, sebagai ibu kota Indonesia tentu saja menjadi salah satu provinsi yang aktif di dunia perdagangan internasional. Jelang akhir 2022 lalu, tepatnya pada November, impor DKI Jakarta mencatatkan pertumbuhan positif setelah alami penurunan selama dua bulan berturut-turut.
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
Angka impor DKI Jakarta pada bulan tersebut mencapai US$ 6.988,13 juta. Angka tersebut meningkat baik secara month-to-month maupun year-on-year. Peningkatan keduanya berkisar di angka 9%, tepatnya 9,29% dibandingkan Oktober 2022 dan 9,74% dibandingkan November 2021. Jika ditarik rentang waktu yang lebih panjang, tepatnya sejak November 2021, angka pergerakan impor DKI Jakarta relatif stabil -cenderung stagnan. Angka impor tertinggi terjadi pada Agustus 2022 dengan US$7.602 juta, dan terendah pada Februari US$5.539 juta.
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
Jika ditinjau berdasarkan klasifikasi komoditas menurut golongan penggunaan barang impor (Broad Economic Categories/BEC), terjadi penurunan tipis secara month-to-month pada sektor barang konsumsi atau sekitar 0,57%. Penurunan tersebut diimbangi dengan kenaikan pada sektor barang modal dan bahan baku/penolong yang kenaikannya masing-masing adalah 16,12% dan 9,06%. Selain itu, kelompok komoditas bahan baku/penolong merupakan sektor dengan kontribusi terbesar, sehingga penurunan pada barang konsumsi tidak terlalu berdampak signifikan.
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
Sedangkan jika dilihat dari negara asal impor, Tiongkok merupakan yang terbesar, diikuti Jepang, Thailand, dan Amerika Serikat secara berturut-turut. Negara-negara tersebut merupakan negara yang berkontribusi terbesar untuk sektor non-migas. Sedangkan dari sektor migas, impor terbesar berasal dari Singapura, diikuti Malaysia, Republik Korea, dan Thailand.
Pertumbuhan impor non-migas adalah 9,89% sedanggkan sektor migas mengalami penurunan sebesar 6,35% secara month-to-month. Kontribusi yang kecil dari sektor migas (3,19% dari total impor) tidak memengaruhi pertumbuhan total impor DKI Jakarta.
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
Penulis: Muhammad Iko Dwipa Gautama
Editor: Hepy Dinawati dan Farah Khoirunnisa
[1] G20 Foundation, What is the G20, diakses di https://www.g20foundation.org/g20/what-is-the-g20 pada 04 Januari 2023, pukul 11.18 WIB.