
DKI Jakarta Alami Deflasi pada Agustus 2022
Kelompok makanan, minuman dan tembakau menjadi kelompok dengan deflasi tertinggi yaitu 1,90%
Setelah terjadi inflasi pada bulan sebelumnya, pada bulan Agustus kini Jakarta mengalami deflasi sebesar 0,11%. Ini merupakan deflasi kedua Jakarta pada tahun 2022 setelah sebelumnya mengalami deflasi pada bulan Februari. Kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau menjadi pemicu utama deflasi kali ini. Meskipun mengalami deflasi, beberapa kelompok pengeluaran lainnya mengalami inflasi sehingga menahan laju deflasi lebih tinggi.
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
Secara umum, deflasi terjadi pada tiga kelompok pengeluaran. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi kelompok dengan deflasi tertinggi yaitu, 1,90% dan kelompok ini juga memberikan andil inflasi atau share terbesar dengan 0,43%. Penurunan harga pada komoditas bahan makan menjadi pemicu deflasi pada kelompok ini. Berikutnya kelompok pakaian dan alas kaki serta kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan juga mengalami deflasi masing-masing dengan 0,68% dan 0,03%. Penurunan harga komoditas pakaian menjadi penyebab deflasi pada kelompok pakaian dan alas kaki.
Sementara, masih terdapat inflasi pada Agustus 2022 yang terjadi pada delapan kelompok pengeluaran. Kelompok dengan inflasi tertinggi adalah kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,07%. Kenaikan harga listrik dan sewa rumah menjadi pemicu inflasi pada kelompok ini. Lalu kenaikan biaya Taman Kanak-Kanak, SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi membuat kelompok pendidikan mengalami inflasi sebesar 0,86%. Kelompok lain yang mengalami inflasi cukup tinggi adalah kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya dengan 0,45%. Kenaikan harga perlengkapan sekolah seperti alat tulis dan buku menjadi pemicu kenaikan pada kelompok ini.
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
Sejak awal tahun hingga Agustus 2022, inflasi terjadi sebanyak enam kali dengan inflasi tertinggi tercatat pada bulan April. Permintaan barang yang tinggi saat musim lebaran menjadi penyebab tingginya inflasi pada bulan April. Di sisi lain, deflasi terjadi dua kali dan deflasi tertinggi berada pada bulan Agustus. Jika dilihat lebih jauh, deflasi yang terjadi disebabkan oleh koreksi harga pasca inflasi yang cukup tinggi pada bulan sebelumnya.
Selain itu, fluktuasi nilai inflasi dan deflasi sangat berhubungan dengan nilai pada kelompok bahan makanan. Kenaikan dan penurunan dari harga bahan makanan menyebabkan kenaikan dan penurunan juga terhadap nilai inflasi dan deflasi secara umum. Hal ini terjadi karena andil dari kelompok bahan makanan cukup besar. Beberapa komoditas yang menyebabkan deflasi pada bulan Agustus adalah bawang merah, minyak goreng dan cabai merah.
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
Penulis: Deddy Lukman Shaid
Editor: Hepy Dinawati dan Farah Khoirunnisa