Ekonomi

DKI Jakarta Tutup 2022 dengan Kinerja Positif Impor

Meski alami penurunan kinerja impor pada Desember 2022, performa kumulatif atau sepanjang tahun tetap alami pertumbuhan

Dunia diprediksi hadapi resesi pada 2023 seiring dengan kenaikan suku bunga di beberapa bank sentral dunia sebagai respon terjadinya inflasi. Hal tersebut merupakan hasil studi komprehensif terbaru oleh World Bank (Bank Dunia). Menurut rilis yang dikeluarkan Bank Dunia pada September lalu[1], tingkat kenaikan suku bunga yang terjadi tidak pernah terlihat setidaknya selama lima dekade sebelumnya -dan diprediksi akan berlangsung hingga 2023.

Bertentangan dengan prediksi dari Bank Dunia, ekonomi Indonesia justru alami pertumbuhan. Menurut laporan Badan Pusat Statistik[2], ekonomi Indonesia pada penutupan 2022 lalu tumbuh sebesar 5,31%. Hal tersebut juga tercermin dari ekonomi ibu kota yang menunjukkan perkembangan positif. Kinerja impor kumulatif pada Januari hingga Desember 2022 naik sebesar 21,60% dibandingkan periode yang sama setahun sebelumnya.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Secara kumulatif, nilai impor sepanjang tahun 2022 hingga Desember sebagai penutup tahun lalu adalah US$79,21 miliar. Pada Desember 2022, angka impor menunjukkan penurunan secara month-to-month sebesar 6,81% yang didorong oleh berkurangnya impor migas dan nonmigas. Selain itu, sepuluh komoditas utama impor yang turun 5,87% persen turut berkontribusi pada penurunan tersebut.

Performa impor secara month-to-month juga sejalan dengan kinerja year-on-year. Dibandingkan dengan Desember 2021, terjadi penurunan sebesar 5,32%. Hal ini juga dipicu oleh penurunan pada beberapa komoditas utama. Salah satunya, impor bahan baku/penolong yang turun sebesar 11,02%.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Impor migas dan non-migas sama-sama alami penurunan jika dibandingkan dengan November 2022 (month-to-month). Jika dibandingkan dengan Desember 2021, hanya sektor non-migas yang alami penurunan. Meski demikian, besarnya kontribusi dari sektor non-migas tentu saja berdampak pada keseluruhan performa impor Desember 2022.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Berdasarkan klasifikasi golongan barang impor (Board Economic Categories/BEC), impor pada Desember 2022 ini masih didominasi kelompok bahan baku/penolong dengan kontribusi hingga 61,43% terhadap keseluruhan impor DKI Jakarta. Penurunan kelompok ini disebabkan oleh penurunan pada komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya hingga 23,42%, diikuti besi dan baja dengan 22,80% dibandingkan dengan November 2022. Sedangkan kedua golongan barang impor lainnya, barang modal dan konsumsi, mengalami kenaikan.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Negara-negara asal Asia masih mendominasi impor DKI Jakarta. Delapan dari sepuluh negara dengan kontribusi impor terbesar berasal dari Asia, sedangkan dua lainnya adalah Amerika Serikat dan Australia dengan kontribusi masing-masing 4,65% dan 3,49%. Tiongkok merupakan negara dengan kontribusi terbesar (35,87%), dan negara ini merupakan salah satu pemasok utama pada kelompok besi dan baja.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
Penulis: Muhammad Iko Dwipa Gautama
Editor: Hepy Dinawati dan Farah Khoirunnisa

[1] https://www.worldbank.org/en/news/press-release/2022/09/15/risk-of-global-recession-in-2023-rises-amid-simultaneous-rate-hikes

[2] https://www.bps.go.id/pressrelease/2023/02/06/1997/ekonomi-indonesia-tahun-2022-tumbuh-5-31-persen.html