Ekonomi

Industri Manufaktur DKI Jakarta Alami Pertumbuhan

Industri manufaktur di DKI Jakarta kembali alami kenaikan PDRB setelah konsisten alami penurunan sejak 2017 hingga 2020

Segala hal yang kita gunakan sehari-hari hingga saat ini, hampir seluruhnya merupakan hasil industri. Mulai dari perangkat komputer atau laptop yang kita gunakan untuk bekerja, ponsel yang kita gunakan untuk menghubungi sanak saudara dan kolega, hingga pakaian yang kita pakai sejak bangun tidur hingga kembali terlelap. Bisa dibilang, baik diakui maupun tidak, kita tidak bisa terlepas dari pengaruh industri yang ada di sekeliling kita.

Kemajuan teknologi yang kini kita rasakan tidak terjadi begitu saja. Hingga saat ini, setidaknya telah terjadi empat kali revolusi industri: 1.0 yang ditandai dengan ditemukannya alat penenun benang oleh James Watt, seorang penemu asal Skotlandia, Britania Raya, pada 1784; 2.0 yang dimulai sejak awal abad ke-19 hingga 20 yang ditandai dengan munculnya listrik; 3.0 yang ditandai dengan terciptanya teknologi komputer; dan 4.0 yang satu komputer bisa berinteraksi satu sama lain tanpa mengenal jarak melalui internet[1].

Revolusi industri dimulai saat peralihan tenaga kerja di Inggris yang tadinya menggunakan tenaga hewan dan manusia, digantikan oleh mesin. Pada 1700-an, Thomas Newcomen, seorang penemu asal Inggris, merancang prototipe untuk mesin uap modern yang semula diterapkan untuk menyalakan mesin untuk memompa air keluar dari poros tambang. Kemudian pada awal 1760-an James Watt mencoba menambahkan kondensor air kepada salah satu model penemuan dari Newcomen tersebut sehingga membuatnya bekerja lebih efisien. Setelahnya, Watt berkolaborasi dengan rekannya, Matthew Boulton, untuk menemukan mesin uap dengan gerakan berputar. Penemuan inilah yang pada akhirnya menyebar ke seluruh industri di Inggris, termasuk pabrik tepung, kertas, kapas, dan industri manufaktur lainnya[2],

Sepanjang sejarah, terdapat beberapa peristiwa yang dapat dikatakan mengubah cara kerja dan kehidupan manusia secara umum, termasuk revolusi industri yang terjadi Britania Raya, Benua Eropa, dan Amerika Serikat (AS) sejak 1760 hingga sekitar 1820-1840. Revolusi industri inilah yang dampaknya berlangsung hingga saat ini, tahun 2023.

Pengaruh industri manufaktur di Indonesia, khususnya DKI Jakarta, bisa dibilang cukup besar. Pada 2021 lalu, kontribusi sektor industri tersebut mencapai 12,28% atau kedua terbesar setelah sektor perdagangan besar & eceran, reparasi mobil, dan sepeda motor. Naik turunnya sektor yang menjadi salah satu tulang punggung perekonomian DKI Jakarta ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap keseluruhan performa ekonomi. Pada 2022, data terakhir menunjukkan setidaknya terdapat 1.682 perusahaan industri manufaktur skala menengah dan besar.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Terlihat dari grafik di atas, pertumbuhan PDRB dari sektor manufaktur sempat alami tren penurunan hingga alami minus growth pada 2019 sebesar 1,22%  kemudian jatuh mencapai 10,34% saat 2020, tepat saat pandemi berlangsung di Indonesia dan seluruh dunia. Pertembuhannya kemudian naik pada 2021 hingga 11,01%. Rata-rata kontribusi yang diberikan oleh sektor ini sekitar 13% per tahun. Pertumbuhan PDRB dari sektor manufaktur ini juga merupakan yang terbesar kedua setelah perdagangan, hotel, dan restoran.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Industri manufaktur ini menyebar di seluruh kabupaten/kota yang ada di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Kepulauan Seribu menjadi wilayah administrasi dengan industri manufaktur menengah besar paling sedikit, dengan hanya satu atau berkontribusi sebesar 0,06% dari total. Sedangkan yang terbesar ialah Jakarta Barat dengan 638 industri atau 37,91% dari keseluruhan, diikuti Jakarta Utara dengan 443 industri (26,32%) dan Jakarta Timur dengan 365 industri (21,69%).

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Sedangkan menurut kelompok Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), kategori lainnya merupakan yang terbanyak dengan 661 industri. Diikuti secara berturut-turut oleh industri makanan (243 industri), pakaian jadi (198 industri), dan karet, barang dari karet, dan plastik (173 industri). Industri makanan terbanyak ada di Jakarta Utara dengan 94 industri, sedangkan pakaian jadi ada di Jakarta Barat dengan 79 industri.

Referensi

[1] Putri Tiah Hadi Kusuma, “Revolusi Industri: Sejarah dan Perkembangan Revolusi Industri 1.0 hingga 4.0, detik.com, https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6438001/revolusi-industri-sejarah-dan-perkembangan-revolusi-industri-10-hingga-40, (26 Januari 2023).

[2] History.com, “Industrial Revolution”, https://www.history.com/topics/industrial-revolution/industrial-revolution (27 Januari 2023).

 

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
Penulis: Farah Khoirunnisa
Editor: Hepy Dinawati dan Farah Khoirunnisa