Ekonomi

Inflasi DKI Jakarta Sejak Awal Masa Pandemi

Permintaan barang serta jasa semakin tinggi sehingga berbanding lurus dengan kenaikan angka inflasi menjadi 0,46 persen

 

Kemunculan pandemi Covid-19 sejak Maret 2020 memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap perekonomian Jakarta. Hal ini dapat dilihat pada perkembangan nilai inflasi dari bulan ke bulan selama pandemi. Dua bulan pasca merebaknya virus Covid-19, Indeks Harga Konsumen (IHK) merosot hingga menimbulkan deflasi yang terjadi bertepatan dengan hari raya Idul Fitri 2020. Hal ini sangat jarang terjadi karena momen hari raya Idul Fitri seringkali ditandai dengan kenaikan angka inflasi akibat tingginya konsumsi masyarakat pada periode ini. Deflasi yang terjadi pada masa Idul Fitri 2020 memberikan gambaran bahwa dampak yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 ini cukup besar.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Setelah deflasi pada Mei 2020, inflasi sempat terjadi pada bulan Juni, sebelum perekonomian Jakarta kembali mengalami deflasi pada bulan Juli dan Agustus 2020. Selanjutnya pada September 2020 hingga Mei 2021, angka inflasi Jakarta mengalami kenaikan dan penurunan yang sangat signifikan. Lonjakan angka inflasi pada bulan Mei 2021 merupakan salah satu yang tertinggi sejak pandemi Covid-19. Salah satu pemicu tingginya angka inflasi pada bulan ini adalah aktivitas masyarakat yang bertambah menjelang hari raya Idul Fitri 2021 dan karena pelonggaran kebijakan pemerintah pasca vaksinasi.

Selanjutnya naik-turun angka inflasi bahkan deflasi terus terjadi sejak Juni – September 2021. Pada Oktober 2021, inflasi kembali terjadi dan secara konstan mengalami kenaikan hingga mencapai puncaknya pada Januari 2022. Angka inflasi pada bulan ini mencapai 0,46 dan merupakan inflasi tertinggi selama masa pandemi.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Pada Januari 2022, meskipun terjadi peningkatan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk mengatasi pandemi covid-19, kegiatan masyarakat cenderung tidak lesu dan permintaan barang serta jasa semakin tinggi sehingga berbanding lurus dengan kenaikan angka inflasi menjadi 0,46 persen. Hal ini terjadi karena fluktuasi harga barang dan jasa dari kelompok pengeluaran selama bulan Januari.

Kelompok makanan, minuman dan tembakau merupakan kelompok dengan share terbesar pada bulan Januari dengan nilai mencapai 0,224 persen. Cabe rawit yang langka di pasaran menjadi salah satu penyebab angka inflasi pada kelompok ini. Sementara itu inflasi paling tinggi berada pada kelompok pakaian dan alas kaki dengan nilai sebesar 1,07 persen. Tingginya angka inflasi pada kelompok ini disebabkan oleh naiknya harga pakaian dan sepatu. Kenaikan harga barang seperti lemari pakaian dan kulkas menyebabkan inflasi pada kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharan rutin rumah tangga hingga mencapai sebesar 0,82 persen.

Selain itu, terdapat beberapa kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi, antara lain; Kesehatan, transportasi dan informasi, komunikasi dan jasa keuangan. Turunnya harga tiket pesawat, vitamin dan biaya administrasi transfer uang menjadi pemicu deflasi pada kelompok pengeluaran tersebut.

 

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
Penulis: Deddy Lukman Shaid
Editor: Hepy Dinawati dan Farah Khoirunnisa