Ekonomi

Jakarta Tunjukkan Kinerja Ekspor Terbaik Kedua Selama 2022

Ekspor DKI Jakarta capai angka lebih dari US$1 milyar untuk kedua kalinya selama 2022, dan keempat kalinya selama pandemi

Sebagai salah satu negara anggota G-20, Indonesia memiliki kontribusi terhadap perekonomian dunia. Pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina sejak Februari 2022 turut memengaruhi perekonomian global, termasuk Indonesia khususnya Jakarta. Pergerakan harga komoditas global akibat perang dan pandemi tersebut juga berdampak pada pertumbuhan ekspor. Walaupun demikian, penanganan pandemi dan kebijakan perekonomian membuat kinerja ekspor DKI Jakarta tetap tumbuh positif.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Hal ini terbukti dari angka ekspor DKI Jakarta sejak Februari hingga Juli 2022 relatif stagnan. Angka ekspor DKI Jakarta pada Februari pun mengalami penurunan jika dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, pada Agustus 2022, peningkatan angka ekspor signifikan terjadi di DKI Jakarta, dengan angka ekspor yang menyentuh lebih dari US$1 milyar untuk kedua kalinya selama 2022 dan keempat kalinya pandemi sejak Covid-19.

Dengan angka ekspor sebesar US$1.010,0 juta, terjadi peningkatan sebesar 10,1% dibandingkan dengan Juli 2022 (month to month) dan 6,7% dibandingkan dengan Agustus 2021 (year on year). Terakhir kali DKI Jakarta menyentuh angka lebih dari US$ 1 milyar adalah pada Januari 2022 sebagai angka tertingi sepanjang tahun 2022 untuk saat ini yaitu sebesar US$1.020,0 juta.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Naiknya angka ekspor didorong oleh peningkatan ekspor non-migas yang berkontribusi sebesar 99,9% dari total ekspor Jakarta. Perubahan pada sektor non-migas akan sangat memengaruhi kinerja ekspor. Pada bulan ini, ekspor non-migas meningkat hingga 10,3% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal ini dipicu oleh naiknya permintaan ekspor non-migas ke Malaysia sebesar 29,6%, Filipina 16,9%, Thailand 10,5%, Amerika Serikat (AS) 6,2%, dan Singapura 1,9%. Sebaliknya ekspor migas turun sebesar 61,4% akibat turunnya permintaan ekspor migas ke China dan Vietnam.

Sedangkan pertumbuhan empat komoditas utama dengan share terbesar yang terdapat dalam tabel di atas secara umum bervariasi. Secara month to month, hanya komoditas ikan, krustasea, dan moluska yang mengalami penurunan dengan 5,9%. Sedangkan secara year on year, komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya mengalami peningkatan hingga 41,8% yang membuatnya menjadi komoditas dengan kenaikan terbesar. Komoditas kendaraan dan bagiannya mengalami kenaikan 30,00%. Tujuh komoditas lainnya mengalami penurunan.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Jika dilihat dari negara utama tujuan ekspor, setidaknya terdapat empat negara dengan nilai ekspor terbesar, di antaranya: Tiongkok, Filipina, Malaysia, dan Singapura. Kontribusi masing-masing negara tersebut secara berturut-turut adalah 13,76%, 10,32%, 10,25%, dan 7,26%. Nilai ekspor ke tiongkok mencapai US$139 juta secara Free on Board (FOB). FOB merupakan salah satu metode pembebanan biaya pengiriman barang yang mewajibkan eksportir untuk membayar biaya pengiriman barang sampai port atau pelabuhan dari gudangnya. Dengan kata lain, eksportir hanya bertanggung jawab hingga saat barang kiriman telah sampai di pelabuhan.

Secara persentase, peningkatan yang paling signifikan secara month to month adalah India dengan 62,2%. Sedangkan secara year on year, negara dengan peningkatan tertinggi adalah Hong Kong dengan 227,0%. Sepuluh negara dengan ekspor terbesar berkontribusi hingga 70,72% dari keseluruhan ekspor DKI Jakarta.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
Penulis: Muhammad Iko Dwipa Gautama
Editor: Hepy Dinawati dan Farah Khoirunnisa