
Kasus Penyakit Menular di DKI Jakarta
Berdasarkan data Biro Kesejahteraan Sosial hingga Juni 2019 terdapat 9.981 kasus penyakit menular yang merupakan akumulasi dari lima penyakit yang terdiri dari tuberkulosis (TB), demam berdarah (DB), HIV, AIDS dan difteri
Berdasarkan berita yang disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI (22 April 2019), kasus penyakit menular masih menjadi fokus utama bagi Kemenkes RI. Hal ini mengingat bahwa data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menyebutkan prevalensi penyakit Tuberkulosis (TB) Paru nasional sebesar 0,4% sementara prevalensi TB Paru di DKI Jakarta sebesar 0,51% diatas nasional. Selain itu, jumlah kasus HIV juga meningkat setiap tahunnya.
Sumber : Biro Kesejahteraan Sosial DKI Jakarta
Dari data Biro Kesejahteraan Sosial DKI Jakarta, terdapat 9.981 kasus penyakit menular yang tercatat per Juni 2019. Jumlah ini merupakan akumulasi kasus dari lima penyakit menular yang terdiri dari tuberkulosis (TB), demam berdarah (DB), HIV, AIDS, dan difteri. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan kasus terbanyak di setiap wilayah DKI Jakarta bahkan 80,67% dari total kasus penyakit menular diatas merupakan kasus tuberkulosis.
Wilayah Jakarta Barat memiliki kasus tuberkulosis terbanyak dibanding wilayah lain yaitu sebesar 33,94% dari total kasus TB (8.052 kasus). Sedangkan wilayah Kepulauan Seribu hanya memiliki 14 kasus penyakit tuberkulosis dan kasus ini satu-satunya kasus penyakit menular yang ada di wilayah Kepulauan Seribu. Sementara kasus penyakit menular yang tercatat per Juni 2019 paling sedikit yaitu difteri dengan persentase 0,07%.
Sumber : Dinas Kesehatan DKI Jakarta, SITT per 18 Januari 2019
Kasus penyakit tuberkulosis (TB) di DKI Jakarta berdasarkan data Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu Dinas Kesehatan terus meningkat setiap tahunnya selama periode 2015-2018. Terhitung bahwa rata-rata kenaikan kasus TB setiap tahunnya sebesar 12,34%. Pada akhir tahun 2018 terdapat 32.570 kasus TB dengan 3,99% sembuh dan 0,66% meninggal.
Sumber : Dinas Kesehatan DKI Jakarta, SITT per 18 Januari 2019
Keterangan : Kasus 2018 masih berjalan pengobatannya, sehingga belum bisa dievaluasi secara menyeluruh hasil pengobatan pasien. (Kohort) dan masih terdapat kasus di TW IV 2017 yang belum terevaluasi sepenuhnya, sehingga perubahan angka kesembuhan bisa terjadi. Data diupdate per 18 Januari 2019.
Selama periode 2015 – 2018 jumlah kasus tuberkulosis terbanyak selalu ada di wilayah Jakarta Timur lalu diikuti oleh Jakarta Barat. Melihat bahwa data yang tercatat hingga Juni 2019 di Jakarta Barat sudah menempati posisi pertama maka pihak pemerintah setempat harus segera melakukan pemeriksaan, penyuluhan pengendalian dan pencegahan penyakit tersebut dengan komprehensif agar kasus penyakit menular ini tidak semakin tinggi.
Melihat tingginya jumlah kasus penyakit tuberkulosis (TB) masyarakat umum diharapkan untuk melakukan upaya dan pengendalian faktor risiko TB mulai dari diri sendiri. Berikut ini beberapa upaya dan pengendalian faktor risiko TB yang dipublikasikan oleh Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesahatan RI.
Penulis : Khoirun Nisa
Editor : Hepy Dinawati