Ekonomi

Kondisi Harga dan Ketersediaan Beras di DKI Jakarta

Sepanjang tahun 2019 beras Setra I merupakan beras termahal, dengan harga rata-rata Rp 12.333/kg. Harga beras Setra I cukup stabil selama tahun 2019, hanya selisih Rp 124 atau 1% dari harga terendah dan tertinggi

Beras adalah salah satu bahan makanan pokok sekaligus sumber energi mayoritas masyarakat di Indonesia. Menurut Suryana (2003), beras tetap dominan sebagai bahan makanan pokok karena beras merupakan sumber energi maupun sumber nutrisi yang lebih baik dibandingkan dengan jenis makanan pokok lainnya. Menurut penelitian yang dilaksanakan Bank Dunia, hanya 5% dari produksi global beras diperdagangkan di pasar Internasiona dan itu mengimplikasikan bahwa harga beras rentan terhadap perubahan penawaran dan permintaan. Oleh karena itu, ketersediaan dan kestabilan harga pangan, terutama bahan pokok merupakan hal yang sangat penting.

Berdasarkan data yang didapat dari Biro Perekonomian dan Keuangan Daerah Provinsi DKI Jakarta, sepanjang tahun 2019 beras Setra I merupakan beras termahal, dengan harga rata-rata Rp 12.333/kg. Harga beras Setra I cukup stabil selama tahun 2019. Beras IR III merupakan beras dengan harga rata-rata terendah yaitu Rp 9.560/kg. Harga tertinggi berada di bulan Juni sebesar Rp 9.676/kg dan harga terendah berada di bulan Januari sebesar Rp 9.465/kg. Hal tersebut membuktikan bahwa harga beras di DKI Jakarta cukup stabil.

Dari segi kestabilan harga, Beras Setra I merupakan yang paling stabil. Selama kurun waktu 2019, harga terendah nya Rp 12.248/kg pada bulan Desember dan harga tertinggi nya Rp 12.373/kg pada bulan Mei, hanya selisih Rp 124 atau 1% dari harga rata-rata tahunan. Sementara itu Beras IR II (IR 64) Ramos merupakan beras dengan tingkat fluktuasi tertinggi di komoditasnya yaitu sebesar 4%. Angka tersebut masih dalam batas wajar jika dibandingkan dengan komoditas lainnya (Cabai Rawit Hijau mengalami tingkat fluktuasi harga sebesar 115%)

Berdasarkan data yang didapat dari PT. Food Station Tjipinang Jaya, sepanjang tahun 2019 terdapat pemasukan stok beras sebanyak 883.675 ton. Sedangkan pengeluaran stok beras sebanyak 891.920 ton. Artinya terdapat defisit pemasukan beras sebanyak 8.245 ton. Pada bulan Juni, pemasukan dan pengeluaran beras berada pada titik terendah. Hal ini disebabkan karena bulan Ramadhan dan lebaran. Pada Juli, pemasukan dan pengeluaran beras meningkat kembali. Pemasukan tertinggi berada pada bulan Mei dan pengeluaran tertinggi berada pada bulan Januari.

Dengan melihat stok akhir tiap bulan, stok beras DKI Jakarta di Pasar Induk Beras Cipinang cenderung fluktuatif. Di tahun 2019, per tanggal 31 Januari, stok beras masih menyisakan 38.077 ton, sedangkan per tanggal 31 Desember stok beras naik menjadi 44.496 ton. Kenaikan tertinggi terjadi di bulan April yaitu sebanyak 8.589 ton dibanding bulan Maret. Penurunan stok beras terjadi pada bulan Februari, Agustus, September dan Desember. Penurunan tertinggi terjadi pada bulan Desember sebanyak 5.786 ton.

Sumber : Biro Perekonomian dan Keuangan Daerah, PT. Food Station Tjipinang Jaya
Penulis  : Iqsyan Iswara Putra
Editor    : Hepy Dinawati