Ekonomi

Kondisi Impor DKI Jakarta pada Bulan September 2021

Impor migas pada September 2021 mengalami kenaikan sebesar 73,8% jika dibandingkan dengan Agustus 2021

Pemulihan perekonomian gencar dilakukan ditengah ketidakpastian karena dampak dari pandemi Covid-19. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan optimalisasi hubungan kerja sama dengan negara lain melalui kegiatan impor. Impor barang modal menjadi salah satu indikator yang menunjukkan terjadinya pemulihan ekonomi di Jakarta. Pada September 2021, nilai impor Jakarta mencapai angka US$ 5.509,4 juta. Meskipun nilai ini menurun dibandingkan dengan bulan Agustus 2021, namun terdapat pertumbuhan sebesar 51,3% jika dibandingkan dengan bulan September 2020.


Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Berdasarkan grafik di atas, impor migas selalu mengalami kenaikan baik secara month-to-month maupun year-on-year. Pada September 2021, kenaikan pada sektor migas tersebut mencapai hingga sebesar 73,8% jika dibandingkan dengan Agustus 2021. Sementara pada sektor non migas, terjadi penurunan sebesar 2,4% yang berpengaruh terhadap impor Jakarta secara keseluruhan karena sektor non migas mendominasi dengan nilai mencapai 98,58% dari total nilai impor.


Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Delapan dari sepuluh komoditas impor utama mengalami penurunan kecuali komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya, dan serealia. Penurunan terbesar terjadi pada komoditas besi dan baja dengan nilai 19,2%. Sementara itu kenaikan tertinggi terjadi pada komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya yang mencapai 14,6%. Secara total penurunan impor dari sepuluh komoditas utama mencapai 0,7%.

Pada periode Agustus 2021 sampai September 2021, penurunan terbesar dilihat berdasarkan negara berasal dari India dengan nilai mencapai 23,5%. Namun, penurunan ini dapat ditutupi dengan kenaikan impor dari negara Singapura mencapai 26,4% pada periode ini. Impor dari negara lain yang mengalami penurunan berasal dari negara seperti Republik Korea (10,1%), Tiongkok (7,3%), dan Australia (5,0%). Sementara, beberapa negara yang mengalami kenaikan adalah Jepang (6,7%), Thailand (11,1%), Amerika Serikat (17,6%), Malaysia (20,7%) dan Jerman (5,1%).

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Dilihat berdasarkan data impor barang konsumsi, terjadi penurunan pada  semua komoditas. Penurunan terbesar terjadi pada komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya sebesar 15,8%. Selanjutnya, komoditas daging hewan mengalami penurunan dengan nilai sebesar 10,5%.

 

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Penurunan juga terjadi pada impor bahan baku dan penolong. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan nilai impor komoditas besi dan baja, mesin, dan perlengkapan elektrik serta bagiannya. Secara umum, impor dari kelompok ini mendominasi total impor Jakarta dengan andil mencapai 65,6% sehingga  memengaruhi dinamika impor secara keseluruhan.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Sementara itu peningkatan terjadi pada impor barang modal. Komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya, komoditas instrumen optik, fotografi, sinematografi, dan medis, serta komoditas kendaraan bermotor dan komponennya yang terbongkar tidak lengkap merupakan komoditas yang mengalami peningkatan nilai impor.

Meskipun pada periode Agustus 2021 hingga September 2021 terjadi penurunan namun jika dibandingkan dengan September 2020, justru terjadi kenaikan yang signifikan sebesar 51,3%. Kenaikan terjadi karena adanya peningkatan pada seluruh komoditas utama. Komoditas kendaraan dan bagiannya menjadi komoditas dengan kenaikan tertinggi sebesar 152,8%. Peningkatan ini juga berlaku pada impor berdasarkan negara. Hal ini terjadi karena impor dari 3 negara utama seperti Tiongkok, Jepang, dan Thailand mengalami kenaikan masing-masing dengan persentase sebesar 38,7 %, 141,3%, dan 120,9%.

Jika dibandingkan antara September 2020 dan September 2021, terjadi peningkatan pertumbuhan dengan pertumbuhan tertinggi pada komoditas bahan baku penolong dengan persentase sebesar 57,81%. Kemudian, komoditas barang modal sebesar 43,98% serta komoditas barang konsumsi dengan kenaikan mencapai 34,33%. Kenaikan pada komoditas barang modal dan bahan baku menggambarkan bahwa kinerja pada sektor industri pengolahan dan konstruksi telah mengalami perbaikan jika dibandingkan dengan tahun 2020.

 

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
Penulis: Deddy Lukman Shaid
Editor: Hepy Dinawati dan Farah Khoirunnisa