Ekonomi

Nilai Ekspor DKI Jakarta Terjun Bebas

Nilai ekspor pada bulan Mei merupakan nilai ekspor paling rendah pada tahun 2022

Mengawali tahun 2022 dengan nilai ekspor DKI Jakarta berada di atas US$1 miliar, pada bulan Mei nilai ekspor terjun hingga 25,3% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Angka ekspor pada Mei 2022 mencapai US$ 715,4 juta. Penurunan juga terjadi sebesar 0,7% secara year-on-year. Meskipun terjadi penurunan baik secara month-to-month dan year-on-year, jika dilihat secara kumulatif pada periode Januari hingga Mei, tercatat peningkatan sebesar 3,6% dibanding periode yang sama pada tahun 2021.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Jika dilihat secara keseluruhan, nilai ekspor pada bulan Mei merupakan nilai ekspor paling rendah pada tahun 2022. Bahkan, nilai ekspor bulan Mei menjadi yang paling rendah sejak Juli tahun 2020. Penurunan ekspor ini terjadi karena berkurangnya nilai ekspor pada hampir semua golongan barang.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Sembilan dari sepuluh komoditas mengalami penurunan secara month-to-month pada bulan Mei 2022. Komoditas kendaraan dan bagiannya yang merupakan komoditas dengan kontribusi terbesar mengalami penurunan sebesar 8,5%. Selain itu, komoditas dengan persentase penurunan paling besar adalah komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya dengan penurunan sebesar 55,4%. Satu-satunya komoditas yang mengalami kenaikan adalah komoditas tembaga dan barang daripadanya dengan peningkatan sebesar 13,5%.

Jika dilihat berdasarkan sektor, hanya sektor pertambangan yang mengalami kenaikan yaitu sebesar 6,3%. Sementara itu ekspor pertanian berkurang sebesar 42,2% dan ekspor industri manufaktur sebesar 24,5%.

Sementara itu, terjadi penurunan nilai ekspor sebesar 0,7% jika dilihat secara year-on-year. Penurunan ini berasal dari berkurangnya nilai lima dari sepuluh komoditas utama. Penurunan terbesar berasal dari komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya sebesar 56,9%. Namun semua penurunan nilai ekspor ini dapat diimbangi dengan kenaikan dari lima komoditas utama lainnya. Seperti kenaikan pada komoditas kendaraan dan bagiannya sebesar 19,2% dan komoditas berbagai produk kimia yang naik sebesar 52,0% dan menjadi komoditas dengan kenaikan paling besar.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Penurunan nilai ekspor (month-to-month) berdasarkan negara unggulan terjadi hampir pada seluruh negara. Filipina menjadi satu-satunya negara tujuan ekspor yang mengalami kenaikan yaitu sebesar 0,1%. Sementara itu, penurunan paling besar berasal dari negara Amerika Serikat sebesar 44,1%. Penurunan ini dipicu oleh berkurangnya permintaan akan komoditas ikan, krustasea dan moluska. Selain itu, Tiongkok yang merupakan negara dengan ekspor terbesar juga mengalami penurunan nilai ekspor sebesar 19,0%. Penurunan ini dipicu oleh berkurangnya permintaan akan komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya.

Secara year-on-year, kenaikan terjadi pada enam dari sepuluh negara tujuan ekspor. Kenaikan permintaan pada komoditas kendaraan dan bagiannya serta komoditas lemak dan minyak hewani menjadikan Taiwan sebagai negara dengan peningkatan nilai ekspor tertinggi sebesar 46,6%. Sedangkan nilai dengan penurunan paling tinggi berasal dari negara Singapura dengan 26,3%.

 

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
Penulis:  Deddy Lukman Shaid
Editor: Hepy Dinawati dan Farah Khoirunnisa