Ekonomi

Nilai Impor April Menurun

Nilai impor DKI Jakarta pada April 2022 mengalami penurunan sebesar 20,9% secara month-to-month

Aktivitas masyarakat DKI Jakarta yang terus meningkat seiring dengan berkurangnya angka kasus Covid-19, memberikan dampak positif terhadap perekonomian khususnya sektor impor. Nilai impor bulan April menyentuh angka US$ 5.551,7 juta. Angka ini tumbuh sebesar 2,1% secara year-on-year. Selain itu, jika dilihat secara akumulatif, nilai impor pada periode Januari-April 2022 meningkat sebesar 25,5% dibanding periode yang sama tahun 2021. Meskipun terjadi peningkatan secara year-on-year, namun jika dilihat secara month-to-month, terjadi penurunan yang cukup besar.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Nilai impor DKI Jakarta pada Bulan April 2022 mengalami penurunan sebesar 20,9% secara month-to-month. Penurunan ini dipicu oleh penurunan delapan dari sepuluh barang impor utama. Golongan mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya menjadi golongan dengan penurunan tertinggi yaitu 35,8%. Selain itu, golongan mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya yang memiliki kontribusi paling tinggi terhadap nilai impor keseluruhan juga mengalami penurunan yang cukup besar yakni 26,9%. Golongan yang mengalami kenaikan adalah golongan bahan bakar mineral dan serealia dengan kenaikan masing-masing sebesar 14,5% dan 3,4%. Jika dilihat secara year-on-year, enam dari sepuluh impor utama mengalami kenaikan. Kenaikan tertinggi terjadi pada golongan barang serealia dengan 165,9%. Secara umum, nilai impor DKI Jakarta pada April 2022 mengalami kenaikan sebesar 2,1% jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Jika dilihat berdasarkan klasifikasi golongan barang impor, terjadi penurunan pada semua kelompok. Kelompok barang konsumsi mengalami penurunan sebesar 16,4% secara month-to-month. Hanya dua dari lima komoditas pada kelompok ini yang mengalami kenaikan, yaitu komoditas sayuran dan buah-buahan masing-masing sebesar 75,0% dan 9,9%. Selain itu, penurunan pada kelompok ini juga terjadi secara year-on-year yaitu sebesar 5,6%. Hal ini dipicu oleh penurunan dari komoditas daging hewan sebesar 5,7% serta komoditas buah-buahan dengan 15,8%.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Kelompok barang modal juga mengalami penurunan secara month-to-month sebesar 24,5%. Penurunan terjadi hampir pada semua komoditas kecuali komoditas kendaraan bermotor dan komponennya (terbongkar tidak lengkap) sebesar 59,6%. Komoditas kendaraan dan bagiannya mengalami penurunan paling besar yaitu 33,7%. Namun, terjadi kenaikan sebesar 7,5% jika dilihat secara year-on-year. Kenaikan ini disebabkan oleh meningkatnya nilai komoditas kendaraan bermotor serta komponennya sebesar 200,4% dan peningkatan pada komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya sebesar 8,7%. Kenaikan ini mengindikasikan bahwa sedang terjadi perkembangan yang positif pada sektor industri dan konstruksi.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Kelompok lain yang mengalami kenaikan secara year-on-year adalah kelompok bahan baku/penolong. Kelompok ini naik sebesar 2,3%. Kontribusi yang diberikan oleh kelompok ini terhadap nilai impor secara keseluruhan mencapai 67,4%. Sedangkan secara month-to-month terjadi penurunan sebesar 20,7% pada kelompok ini. Hal ini terjadi akibat penurunan tiga dari lima komoditas pada kelompok ini. Penurunan terbesar berasal dari komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya sebesar 29,3%.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Pada April 2022, Tiongkok masih menjadi negara dengan kontribusi impor terbesar dengan 30,5% dari total nilai impor. Namun, nilai impor Tiongkok turun sebanyak 20,9% secara month-to-month dan 9,4 secara year-on-year.  Jika dilihat berdasarkan negara utama, penurunan nilai impor secara month-to-month terjadi pada sembilan dari sepuluh negara utama. Penurunan terbesar berasal dari India dengan 36,3%. Sementara itu, negara yang mengalami kenaikan hanya Australia dengan kenaikan sebesar 23,7%.  Namun apabila dilihat secara year-on-year, kenaikan terjadi pada beberapa negara utama. Kenaikan terbesar terjadi pada nilai impor Singapura sebesar 27,4% dan Jepang sebanyak 27,3%. Kenaikan beberapa nilai komoditas dari kelompok barang modal dan barang baku penolong berasal dari negara Jepang menjadi pemicu kenaikan impor dari Jepang.

 

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
Penulis: Deddy Lukman Shaid
Editor: Hepy Dinawati dan Farah Khoirunnisa