
Pariwisata DKI Jakarta Januari 2023 dalam Angka
Penurunan jumlah wisatawan mancanegara sejalan dengan angka penurunan TPK
Pertumbuhan ekonomi global akan berlangsung sangat lambat pada 2023. Hal ini seperti yang diprediksi oleh World Bank (Bank Dunia) dalam Global Economic Prospects edisi Januari 2023. Menurut Bank Dunia, setidaknya di regional Asia Pasifik, proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2023-2024 berada 0,70% di bawah prediksi Juni lalu.
Perlambatan ini terjadi karena beberapa hal, di antaranya pelemahan yang terjadi di sektor real estate di Tiongkok dan penurunan angka ekspor pada wilayah ini. Pelemahan di Tiongkok turut berdampak pada keseluruhan performa ekonomi regional Asia Pasifik karena negeri tirai bambu tersebut berkontribusi pada setidaknya 85% dari total PDB[1]. Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini, tentu saja menimbulkan efek domino kepada berbagai sektor, tidak terkecuali pariwisata.
DKI Jakarta, sebagai ibu kota negara dengan penduduk terpadat di kawasan Asia Tenggara dan terpadat kedua di kawasan Asia Pasifik, menjadi salah satu destinasi wisata yang diminati wisatawan dari berbagai penjuru dunia, utamanya dari negara-negara tetangga. Namun, dengan pelambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi, DKI Jakarta membuka tahun 2023 dengan penurunan angka wisatawan mancanegara (wisman).
Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta
Sepanjang 2022, Desember menjadi bulan dengan jumlah kunjungan wisman terbanyak. Bahkan angka pada Desember lalu merupakan jumlah kunjungan tertinggi setidaknya sejak awal pandemi Covid-19. Capaian kunjungan wisman di DKI Jakarta menurun 8% secara month-to-month, sedangkan dibandingkan dengan Januari 2022 (year-on-year), jumlah kunjungan naik tajam dengan 721%.
Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta
Berdasarkan asal negara, wisman asal Asia Tenggara mendominasi kunjungan dengan 43.645 kunjungan atau 37,73% dari keseluruhan total kunjungan. Wisman asal Malaysia merupakan yang tertinggi dengan 11,64% dari total wisman mancanegara. Tiongkok, yang berkontribusi kedua terbesar kepada jumlah kunjungan wisman, mengalami penurunan sekitar 2,45% dibandingkan bulan sebelumnya.
Sedangkan jika dilihat dari benua, hanya Asia non-Asia Tenggara yang mengalami pertumbuhan dengan 11,20%. Wisatawan asal Afrika mengalami penurunan terbesar secara persentase dengan 31,73%, disusul benua Amerika dengan 17,09%. Sedangkan wilayah Asia Tenggara sendiri mengalami penurunan hingga 16,51%.
Selain itu, meskipun tidak berkaitan secara langsung, dengan jumlah wisman yang berkunjung ke Jakarta, penurunan wisatawan mancanegara ternyata sejalan dengan angka Tingkat Penghunian Kamar (TPK). Adapun kontribusi wisatawan mancanegara yang menginap di hotel berbintang di Jakarta hanya 6,88%.
Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta
DKI Jakarta mengawali tahun 2023 dengan angka TPK hotel berbintang sebesar 48,40%. Terjadi penurunan sebesar 11,23 poin secara month-to-month dan 3,86 poin secara year-on-year. Peningkatan terjadi pada kelas hotel bintang 1 dan 2. Keduanya meningkat baik secara month-to-month maupun year-on-year.
Secara month-to-month, peningkatan terbesar terjadi pada bintang 1 dengan 1,28 poin dan penurunan terbesar terjadi pada hotel bintang 4 dengan 15,87 poin. Sedangkan secara year-on-year, peningkatan terbesar adalah hotel bintang 2 dengan 7,78 poin dan penurunan terbesar juga terjadi pada bintang 4 dengan 8,98 poin.
Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta
Berbeda dengan jumlah kunjungan dan angka TPK yang menurun, Rata-rata Lama Menginap Tamu (RLMT) hotel berbintang di DKI Jakarta tercatat meningkat 0,18 hari dibandingkan bulan sebelumnya. Tamu asing cenderung menginap lebih lama dibandingkan dengan tamu asal Indonesia. RLMT asing di hotel bintang Jakarta pada Januari 2023 adalah 3,01 hari, hampir dua kali dari jumlah RLMT
Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta
Indonesia dengan 1,84 hari. Dari grafik di atas, terlihat hotel bintang 5 memiliki angka RLMT tertinggi dengan 2,26 hari dan yang terendah adalah bintang 1 dengan 1,54.
Angka RLMT bintang 5 yang tertinggi sejalan dengan kontribusi dari tamu asing. Karena jika ditelisik lebih lanjut, mayoritas tamu asing lebih banyak menginap di hotel bintang 5 dengan persentase sebesar 55,47%, dan yang terkecil adalah bintang 2 dengan 2,56%. Di lain pihak, tamu Indonesia lebih suka menginap di hotel bintang 3 dengan persentase sebesar 45,02% dan bintang 1 menjadi yang paling sedikit diminati dengan hanya sebesar 2,83%.
Referensi
[1] World Bank, Global Economic Prospects January 2023, (World Bank Group, 2023)
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
Penulis: Muhammad Iko Dwipa Gautama
Editor: Hepy Dinawati dan Farah Khoirunnisa