Ekonomi

Pasar Global sedang Tidak Pasti, Ekspor Jakarta Naik Tipis

Kenaikan tipis ekspor DKI Jakarta secara month-to-month pada November 2022, sayangnya tidak dibarengi dengan performa secara year-on-year yang menurun cukup dalam

Tahun 2022 merupakan tahun yang relatif berat bagi banyak negara di dunia: inflasi yang tinggi di beberapa negara, perang Rusia-Ukraina, krisis energi di beberapa negara, dan beberapa hal lainnya tentu saja berdampak baik secara langsung maupun tidak terhadap perekonomian dunia. Hal ini tentu saja memunculkan efek domino terhadap negara-negara lainnya. Ditambah lagi, Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup aktif dalam dunia perdagangan internasional.

DKI Jakarta, sebagai ibu kota negara, tentunya merupakan salah satu yang paling aktif dalam   ekspor dibandingkan bulan sebelumnya dan menurun hingga hampir 5% dibandingkan November 2021. Menurunnya nilai ekspor di beberapa komoditas menjadi pemicunya.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Berdasarkan grafik di atas, pergerakan ekspor DKI Jakarta sejak Januari-November 2022 kurang lebih mirip dengan tahun sebelumnya. Angka ekspor pada November 2022 adalah FOB US$991,21 juta. Naik 0,23% secara month-to-month dan menurun 4,41% secara year-on-year.

Secara month-to-month, disrupsi pasokan yang meningkat akibat perlambatan ekonomi global memaksa harga komoditas global bertahan tinggi. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab ekspor DKI Jakarta masih bisa tumbuh. Hal tersebut juga didorong oleh peningkatan ekspor non migas yang naik 0,24 persen. Sedangkan secara year-on-year, penurunan dipicu salah satunya oleh turunnya permintaan impor komoditas berbagai produk kimia dari beberapa negara seperti Korea, Thailand, dan India.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Jika dilihat dari sisi komoditas, tujuh dari sepuluh kategori komoditas utama alami peningkatan ekspor secara month-to-month. Peningkatan tertinggi dialami oleh mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya yang mencapai 18,13%. Sedangkan minus tertinggi ada pada komoditas lemak dan minyak hewan dengan penurunan hingga 34,09%. Keempat komoditas yang terdapat pada grafik merupakan komoditas dengan nilai atau peran tertinggi terhadap total ekspor di DKI Jakarta.

Secara year-on-year, penurunan terjadi pada empat dari sepuluh kategori komoditas utama. Berbagai produk kimia menjadi komoditas dengan penurunan terbesar hingga 38,04%. Sedangkan kenaikan tertinggi sebesar 61,56% dialami kelompok komoditas ampas dan sisa industri makanan.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Tiongkok, Filipina, Malaysia, dan Singapura merupakan negara tujuan ekspor DKI Jakarta dengan share terbesar dari keseluruhan nilai. Baik secara month-to-month maupun year-on-year, Tiongkok alami penurunan nilai ekspor yang cukup besar dengan masing-masing 17,20% dan 16,46%. Mengingat total share Tiongkok yang mencapai hingga 14,71% dari total ekspor, tentunya penurunan tersebut cukup berpengaruh pada keseluruhan kinerja ekspor.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Sepuluh negara yang disebutkan dalam grafik di atas berkontribusi hingga 73,84% dari total ekspor DKI Jakarta. Dari kesepuluh negara di atas, penurunan terbesar secara month-to-month terjadi pada Tiongkok dan kenaikan terbesar dialami Thailand dengan 46,18%. Sedangkan secara year-on-year, penurunan terbesar yaitu 36,39% dialami Hong Kong dan kenaikan terbesar terjadi juga pada Thailand dengan 51,38%. Kenaikan tajam hingga dua kali lipat pada impor mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (290,73%) serta logam mulia dan perhiasan/permata (266,93%) menjadi penyebab utamanya.

 

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
Penulis: Muhammad Iko Dwipa Gautama
Editor: Hepy Dinawati dan Farah Khoirunnisa