
Pengendalian dan Penanganan Banjir di DKI Jakarta
Curah hujan tahun 2020 lebih tinggi jika dibandingkan dengan curah hujan pada tahun 2007, namun jumlah RW tergenang menurun sebesar 59,16%.
Pada 8 Oktober 2022, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta menyampaikan pada laman resimnya untuk waspada akan potensi cuaca ekstrem yang akan terjadi pada 9 sampai dengan 15 Oktober 2022. Himbauan ini merujuk pada hasil analisis dan siaran pers yang dilakukan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Hasil dari analis tersebut menunjukkan adanya dinamika atmosfer yang cukup signifikan sehingga berpotensi meningkatkan potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah, termasuk DKI Jakarta, dalam sepekan kedepan.
Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi DKI Jakarta
Selanjutnya, melalui Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sumur Resapan, tujuan pembuatan sumur resapan di kalangan masyarakat dan Pemerintah adalah untuk menampung, menyimpan dan menambah cadangan air tanah serta dapat mengurangi Iimpasan air hujan ke saluran pembuangan dan badan air lainnya sehingga dapat mengurangi timbulnya genangan dan banjir, sekaligus dapat dimanfaatkan pada musim kemarau. Sumur resapan pertama kali digagas dan dibangun pada tahun 2012 saat Joko Widodo menjabat sebagai gubernur. Setelah tujuh tahun, rata-rata pertahun terbangun 2.729 sumur resapan dengan total 19.106 sumur resapan. Sedangkan, selama empat tahun terakhir, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berhasil membangun 29.374 sumur serapan dengan rata-rata pertahunnya sebanyak 7.344 sumur resapan.
Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi DKI Jakarta
Sementara upaya lain untuk dapat menampung curah hujan yang tinggi dan sebagai langkah preventif pencegahan bajir adalah dengan memaksimalkan penggunaan pompa. Pompa yang dimaksud sendiri terdiri dari tiga jenis pompa, yaitu pompa stationer, apung, dan mobile yang memiliki tujuan dan fungsi berbeda. Grafik diatas menunjukkan jumlah unit, total kapasitas, dan kapasitas rata-rata per pompa yang ada di DKI Jakarta. Tren kapasitas rata-rata per pompa meningkat sebesar 147% atau sebanyak 0,91 m3 sejak periode tahun 2007-2012 ke periode tahun 2017-2022, meskipun penambahan unit pompa baru mulai berkurang.
Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi DKI Jakarta
Pada tahun 2007, tercatat sebanyak 955 RW di DKI Jakarta tergenang banjir dengan waktu surut >95% genangan mencapai 240 jam. Sejak banjir pada 2007, Pemprov DKI Jakarta terus berbenah dengan meningkatkan jumlah sumur resapan dan pompa yang diimbangi dengan waktu surut >95% genangan (jam) yang semakin pendek. Curah hujan tahun 2020 lebih tinggi jika dibandingkan dengan curah hujan pada tahun 2007, namun jumlah RW tergenang menurun sebesar 59,16% atau sebanyak 565 RW. Di waktu yang sama, waktu surut >95% genangan juga ikut menurun menjadi paling lama 96 jam. Ini menjadi bukti bawa Pemprov DKI Jakarta terus berupaya dalam mengurangi banjir di DKI Jakarta.
Selain menyampaikan hasil analisis, BMKG juga memberikan beberapa rekomendasi untuk mempersiapkan dan mengurangi dampak dari cuaca ekstrem tersebut. Salah dua yang disarankan adalah melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan melakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh serta menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang.
BPBD Provinsi DKI Jakarta menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, genangan, tanah longsor, angin kencang, pohon tumbang, dll. Jika mengalami atau menemukan keadaan darurat, segera hubungi layanan Jakarta Siaga di 112, aplikasi JAKI, atau menggunakan tombol darurat pada aplikasi Jakarta Aman.
Sumber: Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta
Penulis: Bernadus Satrio Bimantoro Aji Pamungkas
Editor: Hepy Dinawati dan Farah Khoirunnisa