Ekonomi

Permintaan Ekspor DKI Jakarta Menurun di Awal tahun 2023

Pada Januari 2023, nilai ekspor DKI Jakarta berada pada angka US$ 914,35 juta, turun sebesar 6,20% dibanding Desember 2022

Pada dasarnya, sebuah negara tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya bantuan dari negara lain. Tiap-tiap negara memiliki perbedaan dalam banyak hal, seperti; komoditas barang dan jasa, sumber daya alam, hingga kondisi geografis yang berbeda. Perbedaan ini memnyebabkan suatu negara akan menghasilkan kuantitas dan kualitias produk yang tentu saja juga akan berbeda dengan negara lain. Berangkat dari kondisi ini, setiap negara akan menjalin suatu hubungan dengan negara lain untuk memenuhi kebutuhannya. Indonesia juga tidak luput dari kondisi saling membutuhkan ini. Salah satu bentuk hubungan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tiap-tiap negara adalah transaksi perdagangan. Transaksi perdagangan inilah yang biasa kita dengar dengan istilah ekspor impor. Ekspor sendiri berarti kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean Indonesia ke daerah pabean negara lain[1]. Banyak negara-negara lain yang membutuhkan produk barang dan jasa berupa migas dan non migas yang berasal dari Indonesia. Mulai dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura hingga negara-negara yang berasal dari benua lain seperti Amerika Serikat dan Belanda. Produk yang dibutuhkan oleh negara-negara tersebut juga bermacam-macam tergantung dari kebutuhan masing-masing. Sebagai salah satu negara eksportir yang besar, Indonesia memililki banyak wilayah yang memiliki produk atau komoditasnya sendiri. Salah satunya adalah DKI Jakarta.

Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta

Pada Januari 2023, nilai ekspor DKI Jakarta berada pada angka US$ 914,35 juta, turun sebesar 6,20% dibanding Desember 2022. Bahkan apabila dihitung secara year-on-year, nilai ekspor Jakarta terkontraksi lebih besar dari month-to-month yaitu, 10,36%. Jika ditelusuri ke belakang, nilai ekspor DKI Jakarta bersifat fluktuatif dari awal Januari 2022. Bahkan naik turun nilai ekspor ini juga terjadi pada tahun 2021. Beberapa faktor yang mempengaruhi ekspor, impor dan ekspor neto suatu negara, adalah; selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri dan luar negeri, harga barang-barang di dalam dan di luar negeri, kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk membeli mata uang asing, pendapatan konsumen di dalam negari dan luar negeri, ongkos angkutan barang antar negara, dan kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional[2]. Selain itu fenomena holiday blues yang terjadi di DKI Jakarta juga membuat produksi barang dan jasa mengalami keterlambatan. Oleh karena itu naik turun sebuah nilai ekspor menjadi hal yang biasa terjadi. Kemudian nilai ekspor pada awal 2023 ini juga menjadi yang terendah sejak bulan Mei 2022 dimana pada saat itu nilai ekspor berada pada angka US$ 715,4 juta.

Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta

DKI Jakarta memproduksi empat sektor utama barang dan jasa yang diekspor pada Januari 2023. Sektor ini terdiri dari migas, industri pengolahan, pertanian dan pertambangan. Sektor industri pengolahan mendominasi ekspor dengan persentase 95,83% atau sebesar US$ 876,24 juta pada Januari 2023. Jika dijabarkan lebih dalam, ekspor DKI Jakarta juga dibagi ke beberapa kategori golongan barang/komoditas. Komoditas dengan nilai ekspor tertinggi adalah kendaraan dan bagiannya yang memberikan share sebesar 28,91%, meskipun mengalami penurunan baik secara month-to-month (9,00%) maupun year-on-year (11,19%).  Komoditas logam mulia dan perhiasan menjadi komoditas dengan kenaikan tertinggi secara month-to-month yaitu, 22,65% dan berperan sebesar 8,64% terhadap nilai ekspor keseluruhan. Secara umum, enam dari sepuluh komoditas utama mengalami penurunan secara month-to-month dengan penurunan terbesar (25,93%) terjadi pada komoditas ikan, krustasea, dan moluska.

Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta

Permintaan akan barang dan jasa ekspor dari DKI Jakarta didominasi oleh negara-negara dari kawasan Asia. Dari sepuluh negara tujuan ekspor dengan share terbesar, Amerika Serikat menjadi satu-satunya negara diluar kawasan Asia. Penurunan nilai ekspor secara month-to-month terjadi pada tujuh dari sepuluh negara tujuan utama. Jika dilihat secara year-on-year, juga terjadi kejadian serupa.  Ekspor ke Tiongkok dan Filipina menjadi ekspor dengan nilai tertinggi pada Januari 2023 dengan besaran yang sama (US$ 104,93) dengan kontribusi sebesar 11,48% secara keseluruhan. Dari 10 negara tujuan ekspor, nilai ekspor terendah berasal dari negara Arab Saudi dengan US$ 28,52 juta. Namun angka ini naik hampir dua kali lipat atau sebesar 92,84% secara year-on-year.

Referensi

[1] Kementerian Perdagangan: “Panduan Ekspor” https://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/links/65-panduan-ekspor diakses tanggal 3 Maret 2023.

[2] Nicholas Gregory Mankiw, Pengantar Teori Ekonomi Makro. (Jakarta: Salemba Empat, 2006) diakses pada 3 Maret 2023.

 

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
Penulis: Muhammad Iko Dwipa Gautama
Editor: Hepy Dinawati dan Farah Khoirunnisa