
Pertumbuhan Perekonomian DKI Jakarta Tahun 2021
PDRB DKI Jakarta mengalami kenaikan baik secara C-to-C, Y-on-Y, maupun Q-to-Q
Ekonomi Jakarta terlihat mengalami pertumbuhan pada tahun 2021. Peningkatan aktivitas masyarakat sedikit banyak mendorong laju perekonomian di DKI Jakarta. Ditambah penurunan kasus penyebaran Covid-19 yang cukup signifikan menjelang akhir tahun. Peningkatan perekonomian ini terlihat dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Secara umum, perbandingan PDRB dinilai berdasarkan tiga kategori: perbandingan dengan triwulan sebelumnya (Q to Q); perbandingan triwulan tahun berjalan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (Y on Y); dan perbandingan kumulatif antara tahun berjalan dengan tahun sebelumnya (C to C).
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2021, DKI Jakarta mengalami pertumbuhan PDRB sebesar 3,56 persen secara C to C. Kenaikan pertama sejak pandemi Covid-19 berlangsung. Hal ini menunjukkan adanya pergerakan perekonomian ke arah yang lebih positif. Meskipun, kenaikan tersebut belum seperti sebelum pandemi. Sebelumnya, PDRB DKI Jakarta mengalami pertumbuhan negatif pada 2020, sebesar 2,39 persen.
Jika dibandingkan dengan tahun 2020, kenaikan PDRB tahun 2021 dari sisi pengeluaran nilai didorong oleh seluruh komponen. Lebih spesifik, pada ekspor barang-barang dan jasa-jasa, sebesar 11,26 persen. Sedangkan dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Transportasi dan Pergudangan yang tumbuh 12,77 persen.
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
Pertumbuhan ekonomi juga terlihat ke arah positif apabila dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2020, atau sebesar 3,64 persen. Melihat sektor produksi, industri pengolahan cukup menopang pertumbuhan atau sebesar 11,18 persen. Kontribusi terbesar disumbang dari Industri Alat Angkutan, untuk memenuhi kenaikan permintaan kendaraan roda empat.
Sedangkan dengan triwulan sebelumnya di tahun yang sama, PDRB DKI Jakarta tetap mengalami pertumbuhan sebesar 3,76 persen. Kenaikan ini bahkan lebih besar dibandingkan pertumbuhan secara C to C maupun Y on Y. Salah satu penyebabnya adalah momen natal dan tahun baru, juga pelonggaran aktivitas masyarakat karena kasus Covid-19 yang menurun secara cukup signifikan.
Dari sektor pengeluaran, pertumbuhan paling besar ada di Pengeluaran Konsumsi Pemerintah. Secara Q to Q, pertumbuhannya mencapai 20,78 persen. Sedangkan secara Y on Y kenaikan dialami di sektor ekspor barang dan jasa sebesar 19,21 persen. Adapun secara C to C, kenaikan paling signifikan terjadi di sektor impor barang dan jasa.
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
Indikator PDRB lainnya adalah atas dasar harga konstan 2010 dan atas dasar harga berlaku. Harga konstan 2010 adalah harga berdasarkan tahun tahun sebelumnya. Sehingga, harga konstan 2010 adalah harga yang diukur menggunakan harga tahun 2010. Biasanya, hal ini digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi harga.
Untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah diukur menggunakan PDRB atas dasar harga berlaku. Pengukurannya sendiri dihitung menggunakan pada harga tahun berjalan.
Secara keseluruhan, baik secara harga konstan dan harga berlaku, kontribusi paling besar PDRB berdasarkan lapangan usaha adalah dari sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor. Tren positif ini diharapkan berlanjut di tahun-tahun setelahnya, tentu saja dibarengi dengan tren kasus Covid-19 yang menurun.
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
Penulis: Muhammad Iko Dwipa Gautama
Editor: Hepy Dinawati dan Farah Khoirunnisa