Pariwisata & Kebudayaan

Preferensi Masyarakat terhadap Wisata Museum di DKI Jakarta

Dalam tata kota di berbagai negara, museum menjadi bagian integral dari lanskap perkotaan (Cheng, 2020).  Museum memegang peranan penting sebagai tengara dan daya tarik kota yang mengabadikan berbagai simbol kehidupan sosial, seni, dan budaya setempat (Ozorhon, 2015 dan Jencks, 2005). Di DKI Jakarta, museum menjadi objek wisata unggulan, bersanding dengan taman hiburan tematik seperti Taman Impian Jaya Ancol dan Taman Mini Indonesia Indah (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2022). Berdasarkan data Kemendikbud tahun 2020, terdapat 61 museum di DKI Jakarta. Jumlah tersebut menempatkan DKI Jakarta di peringkat ke-3 sebagai provinsi dengan jumlah museum terbanyak di Indonesia. Pemahaman terhadap preferensi berkunjung ke museum menjadi penting untuk dikaji sebagai strategi untuk meningkatkan minat, kuantitas, dan kualitas kunjungan ke museum, termasuk mempertahankan eksistensi museum bertema sejarah dan budaya yang dikelola oleh pemerintah di tengah geliat tren wisata museum bertema modern kontemporer.

Gambar 1. Jumlah Museum per Provinsi di Indonesia.

Studi ini bertujuan untuk mendeskripsikan preferensi masyarakat terhadap museum di DKI Jakarta dengan mengeksplorasi aspek pengetahuan, pengalaman kunjungan, dan motivasi berkunjung sebagai variabel dari preferensi berkunjung ke museum. Studi ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive dengan melibatkan 137 responden yang pernah berkunjung ke museum-museum di DKI Jakarta dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.

Keterpaparan informasi menentukan minat berkunjung

Berdasarkan hasil analisis terhadap tingkat pengetahuan, diketahui bahwa museum-museum yang dikelola oleh Pemprov DKI Jakarta yang paling dikenal responden, rata-rata terpusat di Kawasan Kota Tua, dengan Museum Sejarah Jakarta (Fatahillah) sebagai yang paling populer (98%). Berdasarkan waktu berkunjung, mayoritas responden berkunjung pada akhir pekan (72%) dengan rata-rata waktu kunjungan selama 1-2 jam (63%).

Gambar 2. Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Kunjungan Museum.

Berdasarkan hasil analisis komparasi antara tingkat pengetahuan dan tingkat kunjungan responden terhadap museum yang dikelola Pemprov DKI Jakarta, diketahui rata-rata 41% responden mengetahui dan pernah berkunjung. Sementara, 23% responden mengetahui tetapi belum pernah berkunjung, dan sisanya 36% responden tidak mengetahui dan belum pernah berkunjung ke museum tersebut. Jika dilihat dari rasio rata-rata antara tingkat pengetahuan dan tingkat kunjungan museum yang dikelola oleh Pemprov DKI Jakarta, maka minat berkunjung responden ke museum tergolong cukup tinggi (65%). Dengan kata lain, dapat diasumsikan bahwa masyarakat memiliki minat berkunjung yang cukup tinggi ketika sudah terpapar informasi mengenai keberadaan museum di Jakarta, dan berpotensi meningkat seiring dengan pengembangan layanan dan daya tarik museum.

Gambar 3. Rata-rata Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Kunjungan Responden.

Suasana dan koleksi museum mendatangkan pengalaman terbaik

Dragicevic (2013) dalam studinya memperlihatkan bahwa pengalaman baik atau kurang baik seseorang dalam berkunjung ke museum dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya harapan dari berbagai motivasi yang pengunjung miliki untuk berkunjung ke museum. Artinya, pengunjung akan mendapatkan pengalaman terbaik saat mendapatkan pengalaman yang sesuai dengan ekspektasi, begitu pula sebaliknya.

Gambar 4. Pengalaman Berkunjung ke Museum-Museum di DKI Jakarta.

Berdasarkan grafik di atas, sebanyak 98% responden pernah memiliki pengalaman terbaik berkunjung di salah satu museum di DKI Jakarta. Sebagian besar responden yang merasakan pengalaman berkunjung terbaik disebabkan oleh suasana museum yang menyenangkan (89%) dan koleksi/pameran museum yang menarik dan beragam (86%). Suasana menyenangkan yang dimaksud, meliputi tata kelola, pencahayaan, kebersihan, suhu, dan tata tertib/lingkungan museum.

Harga tiket dan koleksi museum menjadi motivasi tertinggi

Merujuk pada studi yang dilakukan oleh Dragicevic (2013), terdapat beberapa faktor yang dapat memotivasi seseorang dalam berkunjung ke museum, di antaranya: i) citra museum, ii) rasa penasaran, iii) keinginan belajar, iv) keinginan berekreasi, v) harga terjangkau, vi) koleksi unik, serta vii) pengalaman unik. Di antara ketujuh faktor tersebut, harga tiket yang murah menjadi motivasi tertinggi responden dalam mengunjungi museum (99%). Disusul oleh, pengalaman serta koleksi unik yang menarik dan beragam (96%). Pengalaman unik yang dimaksud dapat berupa instalasi yang interaktif, adanya workshop atau pameran, atau penyajian narasi koleksi dengan memanfaatkan teknologi seperti rekaman suara/pemutaran video/QR code.

Gambar 5. Motivasi seseorang dalam berkunjung ke museum DKI Jakarta.

Meski sebagian museum cukup populer, tetapi masih banyak PR

Berdasarkan masukan yang telah dihimpun dari responden, amenitas (kenyamanan berkunjung) dan layanan museum yang belum optimal menjadi faktor yang paling diperhatikan. Karenanya, diperlukan peningkatan amenitas termasuk kebersihan, suasana atau nuansa museum, atribut informasi layanan museum, dan berbagai layanan penunjang kenyamanan pengunjung lainnya. Selain itu, diperlukan penguatan kapasitas SDM penyelenggara museum yang berorientasi pada terselenggaranya layanan prima, berkualitas, serta mampu mendorong inovasi dan kerja sama dalam pengembangan layanan museum. Dalam hal pengembangan layanan museum, kegiatan workshop, pameran, pelatihan, penelitian, ataupun aktivitas lainnya yang berhubungan dengan sejarah, seni, dan budaya di dalam kawasan museum perlu digalakkan untuk menyemarakkan aktivitas kunjungan dan meninggalkan pengalaman yang berkesan.

Dari sisi keamanan dan ketertiban, masih terdapat responden yang belum seutuhnya merasakan kedua hal tersebut. Aktivitas mengamen liar, pedagang kaki lima (PKL) di sembarang tempat yang menghalangi aksesibilitas museum, aksi copet, serta pungutan liar (pungli) masih ditemukan di sebagian kecil museum. Peningkatan pengawasan dan pemberlakuan sanksi terhadap aktivitas ilegal tersebut patut dipertegas.

Terakhir, pengetahuan dan minat kunjungan yang masih rendah di sebagian museum juga perlu menjadi perhatian. Dalam hal ini, penguatan strategi promosi, sosialisasi, dan branding utamanya di museum-museum yang belum banyak terekspos oleh publik menjadi penting untuk digalakkan. Harapannya, dengan melakukan hal-hal tersebut, minat kunjungan ke museum-museum yang ada di DKI Jakarta dapat meningkat.

 

DAFTAR PUSTAKA

Cheng, Liu DI Zhou. (2020). Another aspect of the interaction between museums and cities: Museums as urban lanscapes. Science Education and Museums, 6(6), 68-73. Retrieved from https://www.pressreader.com/china/science-education-and-museums/20201228/282252373153592.

Dragicevic, M., Letunic, S., & Pisarovic, A. (2013). Tourists’ experiences and expectations towards museums and art galleries –empirical research carried out in Dubrovnik. Recent Advances in Business Management and Marketing: Proceedings of the 1st International Conference on Management, Marketing, Tourism, Retail, Finance and Computer Applications (MATREFC ’13), Dubrovnik, Croatia, June 25-27.

Jencks, C. (2005). The iconic building: the power of enigma. Frances Lincoln.

Kemendikbud. (2020). Dikutip dari Kata Data. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/01/22/10-provinsi-dengan-jumlah-museum-terbanyak-di-indonesia Kompas.id.

Ozorhon, I. F., & Ozorhon, G. (2015). Investigation of the relationship between museums and cities in the context of image: cases from Istanbul. Journal of Architecture and Urbanism, 39(3), 208-217.

 

Sumber: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (2022). Statistik Sektoral DKI Jakarta 2022
Penulis: Windriastuti dan Sangkar Sandi Damai
Editor: Hepy Dinawati dan Farah Khoirunnisa